Pulang kerja menyusuri jalan masuk ke arah
rumah gue, letih terasa apalagi ini bulan puasa, lengkap sudah. Lelaki mistirius itu masih berada di salah
satu TPU ujung kampung, ini sore ke tiga gue lewat, berarti sudah 3 hari dia di
situ. Dan sudah tiga kali juga mata kami beradu, tatapanya dingin, namun
senyumnya bersahabat. Gue juga membalas senyumnya namun tidak menatap matanya
takut kena guna guna wak waw.., gak enak masak dia senyum gue manyun.
Apa yang dilakukan? Pertanyaan yang mesti
berpikir menduga duga apa yang pemuda itu lakukan di makam selama ini, ah biasanya
bulan puasa begini banyak yang datang ke makam, mungkin sedang mendoakan
orangtuanya yang di makamkan di situ, bathinku menjawab. Apa dia kurang waras,
baju dan celana yang dikenakan tetap sama, kemeja kotak kotak warna biru dan
celana jeans butut, sekilas wajahnya terlihat pucat namun tetap
ganteng.Jiahhh...Bodo ah sodara bukan temen juga kagak, melangkah menuju rumah
di ujung sana.
Sepulang taraweh temen gwa semasa SMA telepon ingin bertemu, rumahnya di kampung
sebelah namanya Iyam cantik bergaya tomboy . Kami duduk di teras untuk mencari
angin. ..khok angin dicari, ya ngademlah di dalam gerah, lagian lebih bebas
kalau ngobrol di luar gak ganggu orang rumah. Ngobrolin ketika SMA dulu sampe
masalah kerja, dan segala apalah ampe ketawa lepas garing banget suara tawa
kami memecah keheningan malam.
Suasana semangkin seru ketika gwa punya ide
buat sms temen-temen cowok yang gue kenal, kali ada yang nyangkut..
"hahaha" tawa girang. gue ambil handphone trus gue tulis pesan
"Hai malem, lagi ngapain nih?" pesan ini gue kirim ke 10 contac
cowok-cowok semasa SMA yang gue kenal. Dalam hitungan menit gue udah dikagetkan
dengan bunyi hape gue. "tiiit... tiiit..." bunyi hape gue.
"gila! cowok-cowok respon banget sama sms gue, jangan-jangan ada yang suka
sama gue dari dulu" pikir gue dalam hati. gue buka smsnya, terus gue baca
isinya: "ini nomor baru mama 083547887, kirimin mama pulsa 20ribu
penting" "sial! gua berharap pujaan malah penipuan yang sms!!!"
Kami tertawa mangkin heboh... tiba-tiba dari dalam rumah "berisik! mama
lagi tidur...!!" bentak mama gue yang beneran dari dalem rumah.
Tawa sejenak menghilang, bukan karena mama,
tapi nampak di di jalan seorang pemuda lari tergopoh seakan di kejar maling,
belum hilang terkejut kami, pemuda tersebut masuk ke halaman rumah gue dan
langsung duduk berhadapan dengan kami " Mbak bantu saya.. ", katanya
berbisik terengah deru napasnya masih tak beraturan. Iyam diam melongo, pasti
di sangkanya gue kenal jadi dia gak banyak protes.
Dug, jantung gwa berdetak gak karuan...wajah
itu ya, wajah pemuda yang ada di makam belakangan ini... Tiba-tiba Pemuda itu
menangis, ini membuat gue dan Iyam bingung. sepertnya ini adalah masalah yang
sangat serius.
" Mbak, saya gak banyak waktu dan
harus pergi lagi, saya titip ini," katanya sambil mengeluarkan kantong
keresek dari dalam tasnya.
" Saya percaya sama mbak..saya pamit,"
. lanjutnya tanpa meminta jawaban dari kami, dan langsung kabur secepat
bayangan. Tinggal gue dan Iyam bengong, namun seakan tak berdaya. Sejenak kami
saling pandang seakan sepakat untuk membuka bungkusan dalam kantong keresek
tersebut. Belum sempat kami membuka, dari kejauhan nampak ada tiga orang
setengah berlari, salah satu menghampri kami.
" Punten nenk, lihat ada orang lari lewat
sini tadi?"
" Ya pak ke arah sana.." Berbarengan
kami menjawab , itu naluri kejujuran.
" Makasih nenk.."
Ketiganya langsung berlari ke arah di mana
pemuda tersebut menghilang di telan gelapnya rembulan.
Dan kembali kami bertatapan. “ Buka , takut
barang terlarang, kena maslah kita,” kata Iyam.
“ Ia..kalau ini bungkusan uang? “ tebak
gwa,
“ Masalah juga , coba kalua uang hasil dia
ngerampok?”
Betul juga, ya dah langsung kami buka
bungkusan itu.
Kami terkejut, betapa tidak?
BERSAMBUNG...